Menteri Pertahanan Australia, Stephen Smith, menepis isu Kepulauan Cocos dalam waktu dekat akan disiapkan menjadi pangkalan pesawat mata-mata AS.
Masalahnya, isu itu saat ini bukan menjadi prioritas kerjasama militer Australia dan AS, lagipula pembangunan pangkalan itu akan membutuhkan biaya besar hingga mencapai A$100 juta (sekitar Rp953 miliar).
Smith, seperti dikutip The Australian pada 28 Maret 2012, mengatakan bahwa dia dan mitra wicara dari AS sepakat bahwa harus ada "pemutakhiran infrastruktur secara substansial" sebelum menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan bersama AS-Australia. Proposal ini masih dianggap berupa wacana yang belum bisa segera terwujud.
"Seingat saya, butuh biaya antara A$75-A$100 juta. Tidak ada yang mengusulkan bahwa ini akan segera terwujud atau terjadi dalam waktu dekat," kata Smith.
Dia menegaskan bahwa penggunaan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan itu bukan menjadi prioritas kerjasama Australia dan AS saat ini. Mereka kini lebih terfokus pada penempatan pasukan Marinir AS di Darwin dan membicarakan kemungkinaan penggunaan fasilitas angkatan udara dan angkatan laut Australia untuk kepentingan militer AS.
Menurut harian The Washington Post, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) tertarik menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan baru bagi armada pesawat pengintai mereka supaya bisa terbang memantau keadaan di Laut China Selatan. Kawasan itu rawan konflik karena berlokasi sangat strategis bagi jalur perdagangan dan kaya akan sumber daya alam.
Sejumlah negara, seperti China, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Taiwan selama ini bersitegang mengklaim batas maritim di Laut China Selatan. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir sudah muncul "benturan kecil" yang melibatkan kapal-kapal dari sejumlah negara yang berkepentingan.
Lokasi gugus pulau karang itu terletak di Samudera Hindia bagian barat, atau berjarak sekitar 3.000 km Australia, dan tak jauh dari Pulau Christmas. Kepulauan Cocos itu terletak di "halaman belakang" Indonesia, atau hanya berjarak sekitar 1.000 km dari arah barat daya Pulau Jawa, dan bagian selatan Pulau Sumatera.
Namun, pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia mengaku tidak khawatir atas minat AS menggunakan Kepulauan Cocos sebagai pangkalan pesawat pengintai. (umi)
• VIVAnews