Presiden Barack Obama, yang popularitasnya terancam turun karena tingginya harga bahan bakar minyak di AS, mengusulkan hukuman berat bagi manipulator pasar minyak di AS. Menurut dia, ulah para manipulator itu berperan mendongkrak harga BBM.
"Kita tidak bisa membiarkan situasi di mana para spekulan sengaja memanipulasi pasar dengan memborong minyak, menciptakan kesan adanya kelangkaan, dan membuat harga jadi lebih mahal demi mendapatkan laba secara cepat," kata Obama di Gedung Putih seperti dikutip Reuters, Selasa waktu setempat.
"Kita harus memperkuat perlindungan bagi konsumen di Amerika, bukannya malah menyusahkan mereka," Obama melanjutkan. Dia resah melihat perkembangan naiknya harga BBM di AS, yang mengikuti mekanisme harga pasar.
Sejak akhir Januari 2012, harga BBM di AS naik sebesar hampir 50 sen. Kenaikan harga ini menyusul ketegangan politik di Timur Tengah, yang merupakan kawasan utama produksi dan jalur distribusi strategis minyak mentah dunia.
Kendati dalam beberapa pekan terakhir ketegangan global mereda dan harga minyak di pasaran internasional menurun, harga BBM di AS justru masih tinggi, yaitu sekitar US$3,92 per galon.
Obama ingin hukuman denda bagi perusahaan manipulator harga minyak harus diperberat, dari US$1 juta menjadi US$10 juta. Selain itu, dia ingin para manipulator harus menjalani hukuman maksimum pidana lebih berat. Usul dari pemerintah itu harus dibahas di Kongres (parlemen) untuk disahkan menjadi undang-undang.
Namun, usul itu sudah ditentang kalangan politisi Partai Republik, yang beroposisi. Mereka menganggapnya sebagai basa-basi politik, karena yang jadi biang keladi tingginya harga BBM adalah kebijakan energi pemerintahan Obama.
"Mungkin itu jadi isu populer, namun saya yakin tidak akan menurunkan harga BBM di SPBU," kata pemimpin fraksi Republik di Senat, Mitch McConnell. "Presiden sudah punya semua perangkat yang diperlukan bila dia yakin pasar minyak sedang dimanipulasi," kata politisi Republik yang jadi Ketua DPR, John Boehner.(np)
• VIVAnews