Sidang kasus terorisme Norwegia yang melibatkan Anders Behring Breivik masih bergulir. Di hadapan Majelis Hakim di pengadilan Oslo hari ini, ia mengaku bahwa serangan brutal yang menewaskan 77 orang Juli lalu, terinspirasi al Qaeda.
Teroris anti-multikulturalisme itu mengikuti al Qaeda sejak 2006 hingga 2011. Ia memperlajari strategi-strategi jaringan teroris tersebut untuk merencanakan serangan-serangannya.
Ia juga mendapat ide memakai seragam polisi saat melancarkan aksi pembantaian di Pulau Utoya kala itu setelah membaca majalah online al Qaeda khusus untuk para pengikutnya. Ide serangan juga datang dari film dokumenter tentang konflik di Irak dan Afghanistan.
"Teroris yang paling sukses adalah al Qaeda. Mereka melakukan tindakannya untuk menjadi martir. Itu adalah kunci keberhasilan sebuah perlawanan," katanya, seperti dikutip CNN.
Dan saat jaksa bertanya apakah tak memiliki rasa empati terhadap orang lain, ia dengan tenang menggambarkan bagaimana perjuangannya mematikan emosi melalui meditasi. "Anda bisa bilang saya cukup normal sampai 2006, sebelum saya mulai pelatihan," ujarnya.
"Ini tentang kekejaman, tindakan barbar Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang harus orang lain dengar. Saya telah mencoba untuk menjauhkan diri dari itu," katanya mengenai tindakannya sendiri.
Breivik terdorong melakukan kekerasan karena merasa gagal melakukan upaya damai melawan multikulturalisme di negaranya. "Saya telah mencoba semua cara damai. Saya mencoba melibatkan diri secara politik, menulis esai. Saya pribadi merasa sia-sia. Maka hanya ada satu kemungkinan, yaitu kekerasan," ujarnya.
• VIVAnews