Menerka Kekuatan KIB Kala Golkar Paksa Usung Airlangga Jadi Capres
05 Agustus 2022, 08:45:44 Dilihat: 311x

Jakarta, -- Partai Golkar menegaskan bakal mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden di Pilpres 2024 mendatang. Menurut Waketum Golkar Bambang Soesatyo, keputusan itu merupakan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan sudah bersifat final.

Jika menilik hasil survei beberapa bulan terakhir, elektabilitas Airlangga tak pernah masuk ke dalam tiga besar. Hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) bulan Juli misalnya, menempatkan Airlangga di posisi kelima dengan elektabilitas 3,59 persen.

Angka ini sudah terbilang tinggi. Sebab dalam survei Indopol awal bulan Juli, Airlangga hanya menduduki posisi sembilan dengan elektabilitas tak lebih dari satu persen.

Pengamat Politik Universitas Padjajaran Idil Akbar mengungkapkan keputusan Golkar untuk mengusung Airlangga ini akan berdampak pada langkah politik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang juga diisi PPP dan PP.

Idil menilai KIB berpotensi bubar akibat keputusan ini, sebab PAN dan PPP sebagai anggota koalisi juga melakukan perhitungan politik dengan melihat elektabilitas Airlangga.

Pasalnya, Airlangga tak memiliki jaminan kuat untuk memenangkan kandidasi capres. Menurut Idil keputusan Golkar untuk mengusung Airlangga tak begitu menguntungkan bagi KIB.

"Kemungkinan kalau memaksakan, [KIB] akan bubar di tengah jalan juga sangat mungkin, bagaimanapun setiap partai politik berupaya untuk menang. Semua partai politik bertujuan jadi pemenang," ujar Idil saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (4/8).

Idil bahkan menilai memaksakan Airlangga jadi capres berpotensi menimbulkan gejolak di internal Partai Golkar. Ia tak yakin Airlangga merupakan figur yang pas menjadi capres dari partai berlambang pohon beringin itu.

Lebih Baik Tak Paksakan Diri

Pengamat Politik Charta Politika Yunarto Wijaya pun mengatakan KIB berpotensi bubar jika tiap partai kukuh mengusung ketua umum masing-masing. Yunarto menyebut pencalonan presiden dengan mengusung kader salah satu partai justru akan menjadi kerugian besar bagi partai lain dalam koalisi.

Ia menuturkan setidaknya ada dua syarat yang perlu dipenuhi untuk koalisi mengajukan capres. Pertama, calon yang kuat dan kedua, keuntungan seimbang yang akan didapatkan partai anggota koalisi.

Yunarto melihat ketum partai anggota KIB, Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa, tidak memiliki elektabilitas kuat untuk jadi capres.

"Peluang untuk sosok yang bukan ketum atau kader partai itu malah lebih mungkin untuk dijadikan capres, karena tidak akan merugikan atau menguntungkan salah satu partai," kata Yunarto.

Menurutnya, jika KIB pada akhirnya berkompromi dan mencalonkan salah satu kader partai, salah satunya Airlangga, menaikkan elektabilitas figur menjadi pekerjaan rumah besar.

Ia berpendapat mesin partai dan calon wakil presiden adalah faktor sekunder dalam keterpilihan presiden.

"Suara mesin partai itu adalah faktor sekunder, elektabilitas sosok itu dalah faktor primer. Jadi ketika elektabilitas sosok yang diajukan rendah walaupun mesin politiknya kerja, itu tidak akan mampu untuk menutupi," ujar Yunarto.

Yunarto mengungkapkan tak ada sosok cawapres yang mampu mendongkrak capres dengan elektabilitas yang rendah. Ia mengatakan 'magnet utama' dalam pilpres adalah sosok capres itu sendiri.

Namun, Yunarto tak sepakat dengan Idil soal potensi gejolak di internal Golkar. Menurut dia, perpecahan di tubuh Golkar yang beberapa kali terjadi bukan disebabkan pencapresan.

Ia menyinggung soal perseteruan antara Abu Rizal Bakrie dengan Agung Laksono yang justru bukan berkaitan dengan pencapresan kader.

Sementara itu, hasil perolehan suara Golkar di tengah gejolak internal itu tetap menduduki tinggi. Yunarto menilai, berdasarkan sejarah, Golkar adalah partai yang fleksibel dan tidak bergantung pada figur atau tokoh tertentu.

"Golkar ini partai yang besar karena infrastruktur, bukan partai tokoh. Bukan partai besar karena ketumnya atau capresnya, tapi ketika dia kalah dalam pilpres, dia nggak pernah terlempar dari tiga besar. Karena partai ini besar sebagai sebuah infrastruktur yang sudah 30 tahun dan menguasai infrastruktur puluhan tahun," jelas Yunarto.

Karena itu, Yunarto menegaskan, ketimbang Golkar memaksakan diri agar kadernya bisa maju dalam Pilpres, akan lebih menguntungkan jika Golkar melakukan penguatan infrastruktur partai.

Sumber :cnnindonesia.com

Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright © 2024 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.